Sunday, November 24, 2013

.:: TENG TENG TENG MAKAN SIANG DIMULAI ::.




Rapi dan tertib. Ratusan Taruna serentak menyantap hidangan yang tersedia di meja usai bel tanda makan berbunyi. Disini gak asal santap, seperti kebiasaan di rumah. Bel dua kali tanda berdoa, dan tiga kali saatnya menyantap. 

Semua mesti tertib, termasuk tak satupun ada yang menyentuh alat makan sebelum lonceng dibunyikan. Tradisi makan taruna di Akademi Militer (Akmil), setiap tahun tak pernah berubah, sekalipun ganti kepemimpinan gubernur Akmil. Siang itu, puluhan meja makan tertata berjajar di ruang makan Hussein telah terisi padat. Mereka duduk berkelompok dalam satu meja panjang. Satu meja diduduki 12 taruna yang saling menghadap, mulai dari tingkat  I hingga IV.
Meski terlihat tengah makan bersama, tak nampak perbedaan tingkat. Saat dijumpai, terlihat, taruna tingkat III dengan pakaian dinas lapangan (PDL) dan taruna tingkat IV mengenakan pakaian dinas harian (PDH) asyik menyantap. Sesekali mereka berbincang singkat. Rupanya, taruna berpakaian PDH baru saja mengikuti jam pelajaran di kelas, dan taruna dengan PDL tengah akan latihan di lapangan. Meski begitu, Gubernur Akmil Mayjen TNI Bachtiar, S.IP., ritual di meja makan tetap dipertahankan di Akmil agar tak terjadi senioritas dan menerapkan saling asah, asih dan asuh.
Terlihat, menu siang itu adalah ayam goreng krispi, buah pisang, sayur bening bayam isi jagung, perkedel tahu isi hati, tempe goreng, sebakul nasi dan teh manis. Ternyata, jadwal makan pagi, siang dan malam, yang dibuat koki dapur lain menu setiap hari. Jenis makanan bervariasi, agar taruna gak merasa bosan.
“Disini makanannya enak-enak, ganti menu terus. Makannya juga lebih dari cukup, gak pernah kelaparan,” ujar Yudha Brawijaya, taruna tingkat IV. Namun, Yudha mengaku, setelah diterima menjadi taruna, belum terbiasa makan dengan pola seperti ini. Tapi lambat laun terbiasa. Bahkan ia suka menambah bila terasa lapar. Selain menyantap, taruna asal Binjai, Sumatra Utara, ini juga kadang berbincang dengan teman sebangku.
Biasanya mengobrol dan share masalah kegiatan selama di Akmil. Semuanya terlihat membaur. Walau menu makanan enak dan mengandung banyak gizi, ada salah satu taruna tingkat IV, Dwi Panji S.W. yang terlihat berkeringat disekujur wajah ketika makan. Rupanya, ia mengaku gerah di ruang makan Husein ini. Apalagi seragam PDH begitu ketat mengikuti lekukan tubuhnya.
Selebihnya, ia mengaku senang selama mengikuti pendidikan di Akmil. Cita-cita sebagai prajurit terlaksana, dan bisa membanggakan orang tua. Nah, agar stamina tangguh dan kuat lantaran ketatnya jadwal latihan dan belajar, membuat Akmil tak asal memilih menu. Kandungan nutrisi menjadi perhatian khusus, meski para taruna berasal dari berbagai daerah.
“Kalori harus cukup agar tetap sehat, kuat, dan prima,” tegas Bachtiar, seraya menambahkan, agar menu variasi dan tak membuat bosan taruna.
Selain makan utama, pagi, siang, malam, di sela-sela itu ada tambahan roti dan susu setiap hari agar nutrisi terpenuhi. Uniknya, menjelang aba-aba tanda mulai makan hingga usai, salah satu taruna memimpin makan menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar. Usai makan, mereka melanjutkan ke jadwal berikut, belajar di kelas atau latihan.
Asyiknya Libur Pesiar

Nah, walau jadwal makan, latihan dan belajar kelas taruna ketat, mereka sudah terbiasa dengan penggemblengan seperti ini sejak awal. Selama menjalani pendidikan di Akmil, para taruna wajib mengikuti rangkaian kegiatan dan belajar. Bangun pukul 04.00 pagi, dan istirahat malam pukul 22.00. Dalam kurun itu, mereka digembleng, mulai dari ibadah, upacara, apel, bimbingan fisik, lari, pembersihan ruang tidur, belajar, hingga senam Yongmoodo. Khusus minggu, tersedia sejumlah jadwal ibadah bagi taruna yang berbeda keyakinan.
Di sela-sela menjalani pendidikan, taruna juga berkesempatan libur lho, namanya libur pesiar. Libur pesiar dilaksanakan rutin, pada Rabu, Sabtu dan Minggu, setiap minggu. Salah satunya, Egy Satria B., taruna tingkat IV asal Bogor yang pernah libur pesiar. Terkadang, Egy memanfaatkan liburnya untuk jalan-jalan di sekitar Akmil atau sekadar makan siang di warung terdekat. Egy mengaku tak pernah sendirian keluar wilayah komplek Akmil untuk pesiar. Ia kerap berdampingan dengan teman sesama taruna, antara dua atau tiga orang, agar ada body system.
Untuk sehari-hari, Egy serta taruna lain, mendapat jatah uang saku Rp 400 ribu per bulan dari Akmil. Uang saku ia gunakan untuk macam-macam. Salah satunya untuk jalan-jalan keluar Magelang saat pesiar atau sekadar membeli barang kebutuhan pribadi.
Selain jala-jalan, libur pesiar adalah waktu kesempatan para taruna untuk bisa menggunakan alat komunikasi handphone. Karena selama pendidikan, alat komunikasi dititipkan dan tak boleh digunakan. Bila ada anggota keluarga mengabarkan kabar penting, bisa menghubungi ke bagian komunikasi melalui alat pengeras suara.
Meski mendapat uang saku dan libur, Gubernur Akmil Bachtiar menerapkan aturan bagi taruna selama libur pesiar.
“Gak boleh pijit plus-plus, berpakaian bebas, ke klub malam, merokok, pulang kampung, dan bawa pasangan (pacar) ke komplek Akmil secara berdampingan,” tegasnya. Bachtiar mengizinkan taruna membawa pasangan ke dalam Akmil bila ada ada acara hiburan resmi atau seremonial.
Wajib Rapi, Tertib, Bersih
Tata tertib juga berlaku untuk kerapihan dan kebersihan ruang tidur barak, yang setiap hari dinilai oleh pengasuh. Pengasuh memiliki note list untuk menyatat segala kerapihan ruang tidur dan isi lemari. Note list terletak di sudut pinggir atas lemari, agar mudah dicatat pengasuh sewaktu-waktu. Yaitu masalah melipat pakaian yang gak boleh sembarangan, meletakkan topi atau sepatu harus berderetan, memasang sprei serta melipat selimut dengan ketat tanpa kerutan dan meletakkan handuk usai mandi.
Begitu pula celana, kaos kaki, dan barang-barang lain diatur posisinya. Bila pintu lemari dibuka, akan terlihat sama persis dengan lemari taruna lain. Semua serba diatur, termasuk urusan rambut juga harus cepak tanpa harus diperintah.
Beda dengan barak. Ruang paviliun yang dihuni taruna tingkat IV memiliki fasilitas oke. Satu pavilun terdiri dua ruang, dan dalam satu ruang terdapat dua kamar. Nah, satu kamar dihuni dua taruna. Meski begitu, urusan cuci pakaian dan setrika tetap mereka kerjakan sendiri. Di paviliun juga tersedia satu unit komputer plus mesin printer untuk dipakai bergantian.
Keistimewaan itu tersedia mengingat mereka tengah menjalani tugas akhir. Salah satu taruna yang dijumpai usai makan siang, memperlihatkan isi tasnya. Ada laptop 14 inci, form konsultasi tugas akhir taruna, buku ‘Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku’, buku petunjuk teknik TNI-AD tentang latihan kesegaran jasmani personil, buku ‘Naskah Deparftemen tentang Manajemen Konflik’ serta tempat alat tulis.
Rupanya, kelengkapan ini sebagai bahan untuk mengerjakan tugas akhir. Meski begitu, walau menjelang makan atau belajar di kelas, taruna juga diwajibkan memanggul senapan jenis SS1. Senapan buatan Pindad itu tak boleh dibawa dalam kelas, tapi dijajarkan di luar ruangan. Menurut humas Akmil Suroto, senapan ini harus setia dikenakan agar melekat ke jiwa taruna sebagai prajurit. Ya, semua serba rapi, disiplin dan bersih.


Sumber: Kompasiana

0 comments:

Post a Comment