Monday, November 25, 2013

.:: MEMBANGUN MINDSET YANG MENGALAHKAN RASA MALAS, CAPEK, DAN LELAH ::.



Sebagai seseorang yang terkadang dilabeli ‘pemalas’, merasa (ini baru merasa saja lho ya) capek atau lelah biasanya adalah alasan pertama dan utama saya untuk berhenti atau menunda mengerjakan sesuatu yang sebenarnya penting dan mendesak untuk dikerjakan.
Alasan saya? Yaaa, mau bagaimana lagi, masa mau dipaksakan terus bekerja kalau sudah capek. Nanti malah hasilnya jelek atau tidak maksimal, atau saya akhirnya jadi jatuh sakit dan malah tidak bisa mengerjakan hal yang lain. Plus segudang alasan lainnya.
Tapi baru-baru ini saya membaca sebuah artikel dari Christian Jarrett, penulis majalah dan editor blog British Psychological Society (BPS), mengenai sisi psikologis dalam mengatur stamina [pdf] pada atlet, dan bagaimana mereka membangun ketahanan mental untuk mengalahkan rasa malas berlatih atau capek dan lelah ketika berkompetisi. Apa saja?

Mengingat rival, saingan, atau kompetitor kita. Ketika berlatih, belajar, atau bekerja, ada kalanya rasa malas melanda, bahkan sejak kita bangun pagi di tempat tidur. Untuk mengatasinya, kita bisa mengingat siapa saja rival, saingan, atau kompetitor kita, dan membayangkan bahwa mereka sudah bangun dan sibuk berlatih atau bekerja untuk ‘mengalahkan’ kita sementara kita masih ngolet di kasur. Tentu kita tak ingin hal itu terjadi kan?

Memiliki inspirasi dan motivasi yang kuat sebagai alasan berjuang. Ada yang termotivasi untuk membahagiakan orangtua, menyejahterakan anak-istri, atau terinspirasi oleh tokoh idola yang juga berhasil di bidang yang sama. Apapun inspirasinya, itu harus sangat pribadi dan emosional untuk kita, sehingga bisa jadi penyemangat atau pembangkit yang kuat dan efektif.

Membagi tujuan akhir menjadi serangkaian tujuan kecil. Tujuan akhir yang besar akan terasa sulit dilaksanakan, sehingga seringkali kita justru menurunkan standar. Padahal, jika tujuan akhir itu dibagi-bagi ke dalam beberapa tujuan lebih kecil, tujuan akhir sebesar apapun akan lebih mudah dijalani karena kita hanya perlu berfokus pada satu tujuan kecil saja. Keberhasilan dalam mencapai satu tujuan kecil nantinya juga lebih memotivasi kita untuk mencapai tujuan berikutnya.

Membayangkan skenario terburuk dan mengantisipasinya. Keinginan untuk berhenti pasti sempat terbersit ketika kita melakukan kesalahan fatal atau menemui hambatan tak terduga. Dengan membayangkan skenario-skenario terburuk yang mungkin timbul dan menyusun rencana untuk mengantisipasinya, maka kita tidak akan panik atau mudah menyerah ketika hal-hal buruk itu benar-benar terjadi.

Menerima rasa lelah sebagai bagian dari usaha. Rasa lelah harus diterima sebagai hal yang tak terhindarkan, bahkan normal dalam berusaha. Agar kita bisa tetap terus berusaha meskipun seluruh badan terasa capek, kita bisa mengingat pengalaman di masa lalu (entah pada saat berlatih atau belajar) di mana kita pernah mengalahkan rasa lelah dan pada akhirnya berhasil.
Bagaimana dengan anda, apakah anda punya cara sendiri untuk mengalahkan rasa capek dan lelah?


0 comments:

Post a Comment